fashion pria


Wira Abdi Dasopang SSi :
PBR Tidak Punya Masa Depan

Medan (Lapan Anam)

Mantan anggota Fraksi Partai Bintang Reformasi (PBR) DPRD Sumut mengatakan, PBR saat ini sudah lost pengkaderan dan tidak punya masa depan, karena generasi yang diciptakan tidak punya arah dan ‘rapuh’. Terbukti dari dilakukannya musyawarah-musyawarah pergantian pimpinan seperti Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub) maupun pemecatan-pemecatan kader yang kerab terjadi.

Demikian dikatakan Wira Abdi Dasopang SSi kepada wartawan di Medan, Rabu (16/1), sehubungan dengan terjadinya aksi demo ratusan massa kader PBR terhadap Muswillub PBR di Garuda Plaza Medan yang akhirnya berpindah tempat ke rumah H Raden Muhammad Syafi’I di Jalan Bunga Baldu II.

Dikatakan Wira, musyawarah-musyawarah pergantian pengurus di PBR sudah sering terjadi. Padahal, paparnya, usia PBR masih relatif muda sekira 6 tahun, tapi sudah melaksanakan Muktamar empat kali dan diikuti Muswil disetiap daerah. “Inikan aneh,” ujar Wira.

Selain itu, ungkap mantan kader PBR ini, diusia relatif muda ini PBR sudah sekian banyak memberhentikan/memecat kadernya dari lembaga perwakilan rakyat maupun di unsur pimpinan, baik tingkat pusat maupun wilayah dan daerah.

“Ini sangat bertolak belakang dengan realita parpol yang kerap melihat kader sebagai ujung tombak partai di DPR atau DPRD, dan kader sebagai kekuatan partai untuk membangun partai ketika melaksanakan amanah keinginan konstituennya,” katanya.

Apalagi akan digelarnya Pilkada Sumut, lanjut salah seorang Deklarator PBR Labuhanbatu ini, PBR tetap berkecamuk dan rusuh disetiap lini kepemimpinan. “Ini menunjukkan kepemimpinan PBR yang rapuh,” ujarnya.

Wira menilai, bukan sistemnya yang salah, tapi oknum-oknum yang punya kepentingan besar menjalankan ego dan otoriter. Dari kondisi ini, Wira Abdi mengakui merasa nyaman dan cepat membaca kondisi PBR, karena konflik di PBR akan tetap panjang tercipta, seolah-olah konflik dipelihara.

Jika PBR masih dipimpin orang-orang yang punya ego dan otoriter, Wira meyakini, PBR tidak punya masa depan, karena kerap terjadi konflik internal yang tidak bisa diselesaikan.

“Kalau begini terus, bagaimana masyarakat bisa menggantungkan nasibnya terhadap pemimpin-pemimpin yang sama sekali tidak punya managerial,” tuturnya. (ms)