fashion pria

KOMBUR MALOTUP



KAWIN PAKSA ALA CAGUBSU

Oleh Mayjen Simanungkalit

KAWIN PAKSA ternyata bukan warisan masa lalu. Di negara demokrasi Pancasila pun, tradisi itu masih ada. Bahkan di kampung Guru Patimpus, Medan, Ibukota Provinsi Sumatera Utara, kawin paksa itu terjadi juga.

Bedanya, jika di Afganistan tradisi kawin paksa menjadi alat menghentikan konplik adat, maka di Sumatera Utara (Sumut) kawin paksa dilakukan partai politik kepada pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur priode 2008-2013.

Layaknya calon mertua, Parpol di Sumut memaksa para kandidat berpasangan dengan yang mereka kehendaki. Jika tidak menurut, jangan harap diusung kepelaminan. Jadi sama saja mereka harus kawin paksa.

Parpol memiliki kuasa penuh, menentukan pasangan mana yang akan di usung di Pilgubsu 2008. Kalaupun banyak tokoh yang berambisi ikut di Pilgubsu, namun tidak akan guna jika Parpol tidak berkehendak.

Lihatlah faktanya, tiga nama cagub unggulan yang sejak awal sudah melakukan sosialisasi, ternyata tidak dicalonkan parpol. Tiga tokoh itu yakni H.Chairuman Harahap, SH, MH, T.Milwan dan Herry W Marzuki. Mereka disisihkan parpol.

Sesuai pendaftaran calgub di KPUD Sumut yang ditutup pada pukul 24.00 WIB tanggal 24 Januari 2008, hanya lima pasangan calgub yang didaftarkan sejumlah parpol.

Kelima pasang calon itu adalah Ali Umri-Maratua Simanjuntak, Syamsul Arifin-Gatot Pudjo Nugroho, RE.Siahaan-Suherdi, Tri Tamtomo-Benny Pasaribu serta Abdul Wahab Dalimunthe dan Raden Syafii.

Ibarat penganten menuju pelaminan, para Cagubsu ini maju tidak murni dengan “tunangannya” semula. Umumnya pasangan itu adalah buah dari campurtangan Parpol yang mengusungnya yang kita sebut dengan istilah kawin paksa.

Lihatlah misalnya, Umri yang akhirnya berpasangan dengan Maratua Simanjuntak. Publik pun tahu, selama ini Umri telah “bertunangan” dengan Kamaluddin (Ketua PAN Sumut).Tapi ternyata harus diusung berpasangan dengan Maratua.

Pasangan Tritamtomo dengan Benny Pasaribu, juga mengejutkan kader PDIP Sumut. Siapun tahu, selama ini PDIP telah menyiapkan Rudolf M Pardede untuk Pilgubsu 2008, namun DPP menjatuhkan pilihan lain. DPP mengabaikan aspirasi Rapimda, nekad memasangkan Tritamtomo dengan Benny Pasaribu.

Demikian juga Syamsul Arifin, sebelumnya bertunangan dengan tokoh muda muhammasyah Bahdin Nur Tanjung,lewat PBB. Tapi malah dipaksa parpol pengusungnya berpasangan dengan Pudjo Nugroho. Bahdin pun tinggal, Syamsul menggandeng pasangan lain.

Begitu juga Abdul Wahab Dalimunthe, diketahui publik telah bertunangan dengan Sekdaprovsu Muhyan Tambuse untuk berpasangan sebagai cagubsu/Cawagubsu di Pilgubsu 2008. Tapi Parpol berkehendak lain, Abdul Wahab disandingkan dengan Raden Syafii sebagai pasangan Cagubsu dan Cawagubsu di Pilgubsu 2008.

Tapi itulah politik. Kawin paksa, main paksa dan terpaksa, semua biasa. Abah Wahab sering mengatakan, politik doi…Bah, pantaslah.***