fashion pria

Drs Rahmadsyah




BERCITA-CITA JADI DUBES
TERDAMPAR JADI HUMAS DPRDSU

BERPERAWAKAN kurus kerempeng dan kepala nyaris botak.Tapi tatapan matanya tajam,langkahnya pasti dan murah senyum. Jika bertemu dengan orang yang dikenalnya, dia selalu menyapa dengan melambaikan tangan kanan.

Dia adalah Drs Rahmadsyah, Humas baru DPRDSU yang lebih dikenal sebagai Kabag Informasi dan Protokol. Dia dilantik sebagai Humas pada Jumat (18/1) di aula Martabe Kantor Gubsu.

Tapi sesungguhnya, lelaki kelahiran Medan 16 Juni 1953,ini bukan orang baru di gedung DPRDSU. Tak heran, jika dikalangan anggota dewan dan wartawan, nama Rahmadsyah sudah tidak asing lagi. Maklum saja, sebelum dilantik sebagai Kabag Humas, dia sudah bekerja di bagian humas dengan jabatan Kasubbag Protokol/Hubungan antar lembaga.

Dalam keseharian aktivitas di gedung dewan, Rahmadsyah termasuk tokoh penting di DPRDSU. Hal ini tak lain, karena dia menjadi saluran pertama bagi aspirasi rakyat,terutama jika ada aksi unjukrasa.

Rahmadsyah menjadi orang pertama yang berhadapan dengan massa yang kerap aksi demo di gedung dewan. Dia menyambut pengunjukrasa dan menanyakan apa yang akan diperjuangkan dan kepada siapa aspirasi itu disampaikan.

Berkordinasi

Karena tugasnya yang sangat penting itu, Rahmadsyah sering menjadi sasaran makian. Terutama jika massa cenderung arogan dan anarkis, Rahmadsyah menjadi pihak paling pertama di maki-maki massa.

Namun sarjana sastra Inggris ini sudah tahu apa yang harus dilakukan,menghadapi kondisi paling buruk sekalipun. Rahmadsyah cepat berkordinasi dengan pimpinan dewan, mengatur pertemuan dengan komisi terkait dan menawarkan solusi masalah.

Sikapnya yang lincah dan tanggap terhadap masalah, membuat Rahmadsyah akrab dengan anggota DPRDSU dan wartawan. Dia piawai berkomunikasi dan mudah menyesuaikan dengan keadaan. “Itulah resiko bagian humas, tidak boleh lari dari masalah. Jika dikomunikasi kan dengan baik, semua akan teratasi”,katanya suatu ketika.

Rahmadsyah memang sudah malang melintang dibidang kehumasan. Sejak bertugas di DPRDSU tahun 1995, dia sudah terbiasa dengan urusan humas. Malah ketika masih menjabat Kasubbag Protokol/Hubungan Antar Lembaga Sekretariat DPRDSU sejak tahun 2002, orang menganggabnya sebagai Kabag Humas. Karena dialah yang aktif mendampingi dewan dan menjalankan fungsi kehumasan secara nyata.

Ketika pimpinan dewan menerima tamu baik dalam maupun laur negeri, Rahmadsyah kerab menjadi penerjemah. Maklum selain menguasai 12 bahasa daerah, Rahmadsyah juga pasih bahasa Inggris dan Prancis.

Penguasaan terhadap bahasa asing dan bahasa daerah itu, menempatkan Rahmadsyah sebagai sosok yang tidak kaku. Lelaki yang 26 tahun menjadi guru les bahasa Inggris dan Prancis serta pernah menjadi asisten dosen bahasa Inggris di beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Medan ini, tetap saja enjoy dalam menjalan tugas yang dibebankan kepadanya.

Maka ketika dilantik menjadi Kabag Informasi dan Protokol di DPRDSU pada Jumat (18/1) di aula Martabe Kantor Gubsu, tidak banyak yang terkejut. Kalaupun terkejut, justru karena heran mengapa tidak dari dahulu jabatan itu diserahkan kepada ahlinya.

Tapi Rahmadsyah memang bukan tipe manusia yang suka gembar-gembor. Dia nampak tenang saja ketika suatu pagi diundang mendadak untuk menghadiri pelantikannya sebagai Humas baru DPRDSU.

“Tidak ada yang berubah, semuanya tetap seperti biasa. Ini hanya amanah yang harus saja jalankan”,katanya singkat soal jabatan barunya itu.

Diplomat

Dia memang tidak pernah bercita-cita menjadi Humas di DPRDSU, seperti saat ini. Malah sejak kuliah di UISU, dia justru bercita-cita menjadi seorang diplomat. Paling tidak menjadi PNS di Deplu dan syukur-syukur menjadi duta besar (Dubes). Itu sebabnya, dia mengambil jurusan bahasa inggris di Fakultas Sastra UISU yang ditamatkannya tahun 1988.

"Cita-cita saya menjadi Dubes tapi nyasar jadi Humas",katanya terkekeh menjawab pertanyaan wartawan. Dia memang akrab dengan kalangan wartawan di gedung dewan, malah sering menjadi lawan tanding cukup handal dalam main “Catur”.

Rahmadsyah memulai karir PNS dari paling bawah. Malah menurutnya, dari bawah dan tetap dibawah, sulit naik seperti sulitnya gaji buruh naik. Tapi dia mengaku sangat menikmati pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

“Jika kita cintai pekerjaan,tidak ada yang sulit. Jika kita tidak cinta, apapun jabatan akan sulit dikerjakan”,katanya.

Dia mengawali karir PNS sebagai PJs Kasi Kesra pada Subdit Kesra Tingkat II Kodya Tanjungbalai tahun 1976 (Eselon Va).Kemudian menjadi staf protokol di Biro Umum kantor Gubsu , staf Dispenda Tingkat I Sumut, Pjs Kasi Tata Usaha pada perwakilan Dipenda Tingkat I Sumut di Medan (Samsat), staf Dinas Sosial Tingkat I Sumater Utara di Kodya Binjai, Kasi Bansos Cabdis sosial Sumut di kodya Sibolga,staf Sekretariat DPRDSU dan Kasubbag Protokol/Hubungan antar lembaga Sekretariat DPRDSU.

Sebagai PNS, dia banyak mengikuti pendidikan latihan kedinasan, antara lain Diklat manajemen keprotokolan Lembaga Administrasi Negara di Jakarta tahun 2006,Diklat sosialisasi keprotokolan,pelayanan kekonsuleran,pemberian pasilitas diplomatik Deplu tahun 2006.

Prestasinya juga cukup membanggakan, sehingga memperoleh berbagai penghargaan atas prestasinya itu. Antara lain, memperoleh satyalancana karya satya XX tahun dari Presiden RI tahun 2003. (Mayjen Simanungkalit)