fashion pria

WASPADAI PENYAKIT MISKIN



Oleh Mayjen Simanungkalit
ADA FAKTA menarik diseputar kita yang sering diabaikan banyak pihak. Kita lengah dan kurang waspada tentang bahaya penyakit menular, yang setiap saat menghantui. Malah kita sendiri telah lama digerogoti penyakit itu, yakni MISKIN.

Pemerintah Indonesia melalui Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 2 Juli 2007 secara resmi mengumumkan jumlah penduduk miskin 37,17 juta orang atau 16,58 persen dari total penduduk Indonesia. Data ini perkiraan selama periode bulan Maret 2006 sampai dengan Maret 2007.
Di Sumatera Utara, jumlah masyarakat miskin juga sangat signifikan. Data BPS menunjukkan, jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2007 sebesar 1,768 juta orang (13,90 persen) dari 12 juta lebih total penduduknya.

Kita sering tidak menyadari kemiskinan telah mengepung dan menjalar ditubuh kita. Miskin itu terbukti penyakit menular berbahaya dan diyakini sebagai penyakit turunan, yang diwarisi secara genetik.

Kemiskinan telah membuat banyak orang tidak menikmati arti sebuah kehidupan. Bahkan banyak diantara manusia yang tidak sadar, bahwa dia dan keluarganya miskin.

Bahaya penyakit miskin itu antara lain justru disini. Yakni mampu membuat penderitanya seolah tidak menyadari ada masalah dalam dirinya. Dia terbiasa dengan kemiskinan, sehingga merasa itulah hidup sesungguhnya.

Penderita kemiskinan umumnya memiliki jiwa yang labil, tidak banyak berharap. Jika sudah bias makan pagi,siang dan malam, itu sudah lebih dari cukup. Jika menghadapi kegagalan, dia tidak stress karena memang sudah biasa gagal dalam hidup.

Dalam jiwa orang miskin ada pameo yang sudah baku yakni, tidak semua yang dicita-citakan harus tercapai. Kegagalan demi kegagalan menempa kejiwaan orang miskin untuk tidak begitu percaya terhadap perubahan. Dia yakin kemiskinan itu penyakit keturunan yang sulit diobati.

Faktanya memang demikian, jika orangtua kita miskin, kita pun akan jadi anak orang miskin. Umumnya penderita kemiskinan memiliki garis keturunan orang miskin. Leluhurnya miskin, akhirnya diapun akan tertular menjadi miskin.

Penyakit miskin tidak bisa diobati dengan herbal, massage, dan pengobatan modern. Miskin hanya bisa diatasi dengan memaksimalkan fungsi tulang dan otak : Bekerja keras dan kreatif.

Namun sesungguhnya, kita harus waspada terhadap kemiskinan. Karena penyakit miskin berbahaya bagi manusia. Ajaran agama sudah sejak awal mengingatkan, kemiskinan itu sangat dekat dengan kekafiran.

Penyakit miskin tidak saja berbahaya bagi penderitanya, tapi malah bisa menyengsarakan orang lain. Karenanya, orang miskin menjadi penyakit menakutkan. Karena miskin, orang bisa nekad mencuri, merampok dan membunuh.

Data di kepolisian menunjukkan, mayoritas pelaku kejahatan dengan kekerasan dilakukan penjahat yang menderita penyakit miskin. Para perampok, pencuri ayam, saat diinterogasi Polisi umumnya mengaku nekad mencuri karena tidak memiliki biaya beli susu anak dan membayar uang sekolah anak.

Negara berkembang seperti Indonesia, termasuk rawan penyakit miskin. Berbeda dengan penyakit biasa, kemiskinan tidak mengenal suku, agama dan ras (SARA), bahkan tidak kenal batas wilayah. Dia bisa menular secara cepat.

Musibah seperti kebakaran, banjir,bencana alam lainnya, menjadi pintu paling dekat membuat orang miskin secara berjamaah. Jika kemiskinan berjamaah berkembang menjadi kemiskinan akbar disuatu daerah, maka itu tanda-tanda zaman yang berbahaya sekali.

Negara kita Indonesia, sesungguhnya tidak pernah menyadari bahaya kemiskinan itu sebagai bom waktu. Buktinya, upaya memberantas dan mencegah penyakit itu, tidak pernah terlihat dalam ujud nyata.

Malah ketika di pesantren, saya pernah membaca salah satu pasal dalam UUD 1945 yang menyatakan : “…… orang-orang miskin dan anak terlantar diperihara oleh negara………… “. Jadi Negara bukan mengatasinya dan merobah hidupnya, tapi malah memeliharanya. Arti memelihara setahu saya adalah merawatnya dengan baik agar tumbuh dan berkembang. Saya teringat bagaimana ditugaskan ayah saya untuk memelihara ayam dan kambing.

Tapi sudahlah, kemiskinan itu memang fakta yang tidak bisa dibantahkan. Jumlah penduduk menderita penyakit menular MISKIN di negeri ini malah terus bertambah. Artinya, manusia yang menderita penyaklit seperti saya, jumlahnya banyak. Saya tidak sendirian dalam menahan sakit akibat penyakit miskin.

Renungkan fakta yang disajikan BPS diawal tulisan ini. Waspadalah terhadap penyakit miskin. Cegah keluarga anda agar tidak tertular. Jika sudah terinfeksi penyakit miskin, segeralah berobat dan bertaubat. ***

Informasi Lain:

BAGAIMANA PENGOBATAN KEMISKINAN?
Sampai sekarang, belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan mereka bisa tetap hidup walau degan napas ngos-ngosan. (Tidak banyak orang yang susah melihat orang susah dan senang melihat orang senang. Sebaliknya banyak yang senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang).

BAGAIMANA MENDETEKSI KEMISKINAN ?
Penyakit miskin dapat dengan mudah diketahui tanpa harus melakukan tes-tes darah seperti penyakit lainnya. Untuk mendeteksi adanya masyarakat miskin di suatu daerah gampang saja, terutama melihat raut wajah orangnya dan tempat tinggalnya.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari saat jumpa pers di gedung Depkes, Jakarta, pada 14 Maret 2007 mengatakan, kriteria masyarakat miskin adalah masyarakat yang karena alasan ekonomi keluarganya tidak bisa makan dua kali sehari, keluarga dengan anak drop out sekolah karena masalah ekonomi, dan keluarga yang tidak mampu membiayai pengobatan anggota keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan.


BAGAIMANA KITA BERSIKAP ?
Memberi mereka dorongan semangat dan juga memperhatikan keterbatasan keadaan fisiknya dalam bergaul.


APA FAKTA SEPUTAR KEMISKINAN ?
Hubungan sosial dengan orang miskin akan membuat kita tertular penyakitnya. Bergaul dengan mereka sejauh mungkin dihindari. Jangan terlalu sering bersalaman, jangan gunakan WC mereka, jangan tinggal serumah, jangan hidup dengan orang miskin sebab dapat membuat kita tertular menjadi miskin juga.

BAGAIMANA MENCEGAH KEMISKINAN ?
Pencegahan yang paling ampuh bagi masyarakat agar tidak miskin adalah memaksimalkan fungsi otot dan otak : Bekerja Keras dan kreatif. Bahkan karena penyakit turunan, sebisa mungkin putuskan mata rantai genetik dengan mencegah keluarga dan kerabat menikah dengan orang yang sama-sama miskin. ***