Anggota DPRD Sumut Mursito Kabu Kasuda mencurigai adanya keterlibatan oknum aparat, mendalangi tindakan sadis dan brutal ribuan massa pendukung Provinsi Tapanuli (Protap) yang menewaskan Ketua DPRD Sumut Drs H Abdul Azis Angkat MSP.
Kepada wartawan di Medan, Kamis (5/2) politisi Partai Bintang Reformasi (PBR) ini menjelaskan kecurigaannya itu dengan tujuh (7) indikator.
Indikasi tersebut yakni, pertama, jumlah personil yang dikirim ke gedung dewan mengamankan aksi unjukrasa sangat sedikit. Kedua, sikap oknum Polisi yang ketika diberitahu bahwa Abdul Azis disandra dan diperlakukan brutal malah menjawab enteng bahwa tidak ada mendapat perintah.
Indikasi kedua, adanya dua orang Polisi yang satu diantaranya tidak memakai seragam mengatakan kepada Ketua DPRD Sumut Abdul Azis Angkat, kalau setengah jam lagi urusan protap tidak diselesaikan maka mereka tidak tanggungjawab atas keselamatan nyawa Ketua dewan.
Ungkapan itu ditujukan kepada Ketua DPRD Sumut, ketika sedang dipaksa massa Protap untuk menandatangani berkas keputusan DPRD Sumut tentang persetujuan pembentukan Protap yang telah disiapkan massa.
Indikasi ketiga menurut Mursito adalah, adanya penegasan Kapoldasu yang terlalu dini dan tidak rasional, bahwa tidak adanya pemukulan pada Ketua DPRD Sumut saat demo brutal Protap.
Indikasi ke empat, ketatnya pengawalan kantor harian SIB dengan jumlah personil sangat banyak. Indikasi kelima, Polisi sudah tahu sebelumnya akan ada aksi demo brutal pendukung Protap namun tidak diantisipasi secara maksimal.
Indikasi ke enam, selama satu pekan lebih Harian SIB telah memuat berita provokasi, namun Polisi diam seribu bahasa tak melakukan apapun.
Selain itu, Polisi selalu membiarkan massa Protap bertindak arogan dan brutal setiap demo di DPRD Sumut. Karena demo sebelumnya juga sudah mengancam kecelamatan Ketua DPRD Sumut saat dijabat H Abdul Wahab Dalimunthe SH dan merusak pagar gedung.***