Medan (Lapan Anam)
Pemadaman listrik secara bergilir yang dilakukan PT PLN belakangan ini kembali meresahkan masyarakat. Tak hanya di Kota Medan sebagai ibukotanya Sumatera Utara.
Pemadaman juga terjadi secara merata di daerah kabupaten/kota, termasuk di Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dan Madina, dengan lama pemadaman 3-6 jam perhari.
“PLN seperti melakukan akal-akalan dalam melakukan pemadaman listrik, di Medan hidup di daerah pinggiran mati, sehingga seolah-olah frekuensi pemadaman sudah berkurang. Padahal yang dikorbankan pelanggan yang di daerah pelosok,” tutur Isrok Anshari Siregar, Anggota DPRD Sumut dari Daerah Pemilihan VI Kabupaten Tapsel-Madina, Kamis (26/2) di Gedung Dewan.
Menurut Isrok, di Kecamatan Sipirok dan Angkola Timur, pemadaman listrik yang dilakukan PLN juga disertai dengan menurunnya voltase listrik, dari semula 220 volt menjadi hanya sekitar 130 volt saja. Hal ini menyebabkan peralatan elektronik menjadi mudah rusak.
“Warga yang membuka usaha dengan berdagang mengeluh karena kulkas mereka rusak sehingga ikan dan makanan lainnya tak tahan lama,” ujar Isrok, juga caleg PDIP untuk DPRD Tapsel.
Dia berharap PLN tidak berlama-lama membiarkan masyarakat didera kegelapan. Karena nantinya yang menjadi korban adalah para pelajar karena tak bisa belajar sebagaimana mestinya, dan pedagang karena perekonomian akan lumpuh. Bila ini dibiarkan maka nantinya dipastikan visi dan misi Gubsu yakni bagaimana agar rakyat tidak lapar, tidak sakit dan tidak bodoh sulit dicapai.
Menurut Isrok, pemadaman yang dilakukan PLN di Tapsel-Madina diperparah dengan sulitnya masyarakat dalam mendapatkan sumber penerangan alternatif. Seperti petromak saat ini sudah jarang digunakan karena minyak lampu sulit didapat. Sementara untuk menggunakan mesin genset, tak seluruh masyarakat mampu membelinya.
“Pemadaman yang dilakukan PLN seperti kanibalisme. Masyarakat di Tapsel mungkin bagi PLN adalah masyarakat yang mudah dibodoh-bodohi,” tegas Isrok.
Dia juga menyatakan keheranannya mengapa pihak swasta tidak dilibatkan dalam penyediaan energi listrik, karena saat ini suplai listrik untuk mayarakat masih dimonopoli oleh PLN.
“Mungkin PLN bisa suka-suka hati karena hingga saat ini mereka merasa tak tersaingi. Intinya dengan adanya pemadaman listrik kita terkesan seperti kembali ke zaman purbakala,” kata Isrok, seraya berharap Gubsu juga dapat menepati janjinya untuk segera mengakhiri pemadaman.***