Kado dan Doa 5 Tahun si Boru Hasian
TADI SORE telepon di pinggangku bergetar agak lama. Putriku Nabila Febriani Simanungkalit mengingatkan, hari ini 19 Februari 2009 dia genap berusia 5 tahun.
“Ayah, aku sudah pulang sekolah. Mana kue ulang tahunnya ? Ayah lupa ya….”, katanya.
Aku terkesiap, “Bah….! Gawat. Si boru hasian rupaya hari ini ulangtahun”.
Lama juga aku termenung, mengapa hari bersejarah ini terlupankan oleh aku, juga oleh istriku. Padahal, dua pekan yang lalu, putriku tersayang (Boru Hasian) ini sudah cerita soal itu.
Dia cerita bagaimana kawannya di Taman Kanak-Kanak (TK) Smart Jalan Mekatani Marindal Medan, merayakan ulang tahun. Tentang nyanyian panjang umur, tiup lilin, pemotongan kue, penerimaan kado dan tepuk tangan. Juga atraksi memecahkan balon berhadiah.
Dia bilang, ulangtahun itu meriah. Nanti jika dia ulang tahun, dia juga minta agar dirayakan. Saat itu aku juga sudah katakan akan menyanggupi.
Namun rupanya, janji itu tidak dapat aku tepati. Aku terlalu sibuk dalam pengabdian terhadap majikan, mengais rejeki dengan cara tradisional. Menjadi wartawan.
Tapi lebih dari itu sesunguhnya penyebab kelupaan itu terjadi adalah faktor ekonomi. Aku masih hidup susah. Mungkin bagi orang lain, merayakan ulangtahun anak adalah keharusan. Wajar dirayakan, karena mereka sanggup membiayainya.
Niat itu sungguh ada. Tapi itu tadi, tak usah dijelaskan lagi. Dan paling menyentuh perasaan, ketika aku janjikan akan kubelikan kue ulangtahunnya, putriku malah bilang tidak usah.
Walau masih anak kecil, putriku Nabila memang paham betul isi kantong ayahnya. Dan memang mulai dari Nabi Adam AS sampai kepada generasi aku, ulangtahun tidak pernah dirayakan. Bahkan aku sendiri tak pernah sadar kapan aku ulangtahun, sebab tidak pernah dipikir-pikirkan.
Namun begitu putriku tentulah berbeda dengan aku. Dia generasi abad reformasi, sedangkan aku adalah generasi ordebaru. Dia putri Jendral, sedangkan aku hanya anak petani Jengkol dari Pahae.
Putriku tersayang, kue ulangtahunmu sudah aku beli. Kado juga sudah kusiapkan. Tapi jangan kecewa, karena kue ultah itu agak lonyot, karena terbentur saat kubawa dari toko roti Majestik Petisah dengan kenderaan sepedamotor kreditan.
Putriku yang baik……… sulit membawa kue tar kalau naik sepeda motor. Tak tahu aku mau diletakkan dimana, sebab tangan kanan megang stang, tangan kiri megang kue. Saat ayah rem diperempatan jalan dikala rambu berwarna merah, kue itu terbentur ke stang sepedamotor kita. Itu sebabnya kue ulangtahunmu itu lonyot.
Tapi ayah tidak merasa malu, sebab itulah moqom kita saat ini. Selamat ulangtahun, doa Ayah dan Ibu selalu menyertaimu.
Ya tuhan kami,
Hari ini telah sampai 5 tahun usia putri kami, jadikanlah kami menjadi khusuk dan tawaduk dalam menerima hikmah dan berkahmu
Ya tuhan kami,
Panjangkanlah usia kami agar kami dapat hidup dan menjadi bermanfaat bagi ummatmu yang lain
Panjangkanlah usia kami agar kami dapat lebih memandang hidup dengan penuh makna dalam kebesaranmu
Panjangkanlah usia kami agar kami dapat membersarkan anak-anak kami untuk dapat tunduk dan berbakti kepadamu
Panjangkanlah usia kami agar kami dapat lebih bersyukur atas nikmat dan rezeki yang engkau anugerahkan kepada kami.
Ya Allah. Anugerahkan kepadaku kelangsungan hidup anakku, panjangkan usianya, sehatkan badannya, akhlaknya, agamanya, sejahterakan jiwa dan raganya, alirkan rezekinya melalui tanganku, anugerahkan kepadanya kecerdasan akal dan kebeningan hati.
Bantulah aku, mendidiknya, berbuat baik kepadanya dari sisiMu. Jadikan anakku, mendekatiku, menyayangiku, mencintaiku. Jadikan anakku, orang yang baik dan takwa, yang punya pandangan dan pendengaran yang taat kepadaMu, yang mencintai dan setia kepada kekasihMu, Muhammad.
Berikan semua itu dengan petunjuk dan rahmatMu, berikan kepada kami apa yang terbaik di dunia dan akhirat. Amin.