fashion pria


Yopie S Batubara Dorong Petani Tambak
Kembangkan Budidaya Rumput Laut


Medan (Lapan Anam)

Anggota DPD RI Yopie S Batubara mendorong petani tambak di Sumatera Utara (Sumut) mengembangkan budidaya rumput laut. Dengan budidaya tersebut, areal tambak yang terlantar akan kembali produktif dan menjadi alternatif peningkatan kesejahteraan petani tambak di Sumut.


Ketika menghadiri panen tambak pola Polikultur berupa rumput laut, ikan bandeng dan siakap milik seorang pengusaha Ricky Kho di Desa Silotong, Secanggang, Langkat, Sabtu (21/6), Yopie S Batubara berjanji akan mempasilitasi petani tambak untuk mengembangkan rumput laut dengan pola Polikultur.


Yopie yang hadir bersama Kepala Bappedalda Sumut Prof Syamsul Arifin SH,MH, Kadis Perikanan dan Kelautan Sumut Yosep Siswanto, Kadis Perikanan Langkat Nazaruddin, HNSI disaksikan ratusan petani dan nelayan, menantang seluruh kepala daerah di Kabupaten/Kota di Sumut untuk mengirimkan dua (2) orang petani tambak guna mengikuti pendidikan pengelolaan tambak pola Polikultur selama satu bulan .

Seluruh biaya selama dalam pendidikan akan ditanggung Ketua Dewan Pembina Kadin Sumut itu, melalui YBFC (Yopie Batubara Fondation Centre). Bahkan dalam tahap awal, pengusaha yang bernaung dalam PT.Ira Widya Utama & Group itu akan membuka tambak percontohan seluas lima (5) hektare di Silotong, Secanggang, Langkat.

Jika ternyata minat petani tambak cukup tinggi dan keuntungan tambak pola Polikultur memuaskan, dia akan kembangkan secara besar-besaran di seluruh

Karenanya, dalam waktu dekat dia akan mengundang Gubsu, Kepala BPN Sumut, pihak Perbankan untuk membicarakan hal ini. Karena dalam mengelola tambak pola Polikultur, petani tambak memerlukan bantuan modal.

Tiga Komoditas

Budidaya tambak pola Polikultur adalah sistem baru pengelolaan tambak dengan tiga komoditas sekaligus, yakni udang windu,ikan bandeng dan rumput laut.

Kondisi geografis Sumut yang memiliki areal pantai cukup panjang, menjadikan Sumut berpotensi kembangkan budidaya rumput laut. Dengan pola Polikultur ini, petani tambak dapat mengembangkan rumput laut yang banyak diminati pasar. Antara lain rumput laut jenis euchema spinosum,euchema cottoni dan glacilaria sp.


Dibanding dengan bisnis kebun kelapa sawit, menurut Yopie, tambak pola Polikultur jauh lebih cepat berproduksi yakni panen rumput laut setiap 75 hari dan 45 hari. Pendapatan petambak minimal Rp 3 juta/ 45 hari /kolam. Demikian juga ikan bandeng, dapat dipanen dalam 6 bulan. Sementara tanaman kelapa sawit, baru bisa berproduksi dalam hitungan 5 tahun lebih.

Menurut pria kelahiran Gunung Melayu, Labuhan Batu pada 02 April 1943 itu, pilihan pengelolaan tambak dengan pola Polikultur memakai tiga jenis komoditas itu, adalah karena udang windu,bandeng dan rumput laut tergolong tidak saling memakan satu sama lainnya. Tapi malah saling mendukung.

Rumput laut berfungsi sebagai penghasil ogsigen dan tempat berlindung bagi ikan-ikan kecil dari predator. Juga berfungsi sebagai penyerap racun yang terkandung dalam air tambak.

Rumput laut sebagai makanan ikan bandeng.Sedangkan bagi udang,lingkungan disekitar rumput laut merupakan penyedia makanan berupa plankton dan jasad renik.

Dengan pola Polikultur ini,budidaya tambak tak membutuhkan lagi pakan dari luar. Sebab di dalam tambak telah tersedia begitu banyak makanan alam. Jadi kata Yopie, prinsip yang berkembang dalam usaha budidaya pola polikultur bersistem organik yakni keseimbangan alam.

Keunggulan dari rumput laut ini, adalah pada pola panen yang cukup cepat. Bisa dipanen sebanyak delapan kali pertahun tanpa mengganti bibitnya. Waktu pemeliharaan yang lama hanya pada penanaman perdana,yakni empat bulan.Setelah itu bisa dipanen lagi setiap bulan.

Itulah keunggulan dari usaha budidaya berpola Polikultur dengan prinsip organik.Biaya produksinya sangat minim,sebab hanya untuk pengadaan bibit,tetapi dapat memberikan pendapatan besar. Bagi petani tambak yang berminat, Yopie siap membantu.


Sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Yopie mengatakan, selalu ingin membantu rakyat. Maka kata dia, ini adalah peluang yang bisa dikembangkan dan punya prosfek cerah. (Mayjen Simanungkalit)