fashion pria

Berita Rekan

Motivasi Batak Toba Berimigrasi ke Medan
Didorong Penemuan Simbol “Hasangapon”

Medan (Lapan Anam)

Motivasi masyarakat Batak Toba berimigrasi ke Kota Medan dari tahun 1912-1965 adalah diakibatkan penemuan simbol-simbol “hasangapon” di Kota Medan seperti guru, pegawai swasta, pegawai pemerintah dan pekerja perkebunan dibanding di Tapanuli.
Hal itu disampaikan Guru Besar Sosiologi/Antropologi Pasca Sarjana Unimed, Bungaran Antonius Simanjuntak pada Bedah Buku,” Batak Toba di Medan Tahun 1912-1965” Karangan Johan Hasselgren yang digelar penerbit Bina Media Medan, Jumat (20/6) di Tiara Convention Hall.

Buku yang menuliskan bagaimana identitas etno-religius Batak Toba berkembang di Medan di tengah arus etnis, religius, sosial dan politik dari tahun 1912 sampai 1965 dibedah oleh Koajutor Uskup Agung KAM Mgr Dr Anicetus B Sinaga OFMCAp, mantan Ephorus HKBP Pdt Dr J R Hutauruk, Antropolog dan pengamat Sosial Dr Togar Nainggolan dan Prof DR BA Simanjuntak serta dimoderatori P Moses Situmorang OFMCap.

Dalam kesimpulannya Bungaran Simanjuntak menilai bahwa Buku Batak Toba di Medan adalah satu buku sejarah Batak yang sangat bagus dan bermutu karena lahir dari suatu proses penelitian ilmiah yang dilakukan dengan tekun dan cermat oleh Johan Hasselgren.

AB Sinaga dalam pembedahannnya mengatakan bahwa ‘Buku Batak Toba di Medan” patut mendapat pujian karena informasi yang diberikan mencakup pemahaman-pemahaman dasar baik mengenai mentalitas Batak Toba, maupun implementasi HKBP di Tapanuli.

Selain itu juga menggambarkan konsep-konsep dasar mengenai gereja dan ramifikasi gereja-gereja serta hubungan dengan suku, agama, dan kelompok lain di Sumut dan pengaruh nasionalisme yang melahirkan kemerdekaan RI.

AB Sinaga juga menyebut buku Batak Toba di Medan adalah buku sejarah perkembangan kekristenan di Sumatera Utara karena di dalamnya memaparkan permasalahan waktu kelahiran, gereja khususnya HKBP, harapan-harapan yang tersimpan dalam hati Batak Toba mengenai kesatuan gereja dan juga tantangan-tantangan masa kini dan masa depan.

Buku itu juga dianggap sebagai buku yang berharga bagi gerakan oikumene yang menghargai Bhineka Tunggal Ika Kekristenan. Benang Merah “Persaudaraan Kristiani” yang sangat mendalam yang pantas disyukuri juga tercatat dalam buku tersebut.

Bedah buku yang diikuti sejumlah peneliti di Kota Medan dan tokoh-tokoh masyarakat, seperti Ketua FMKI Sumut, Timor Panjaitan SH dibuka oleh Pimpinan Bina Media P Benyamin Purba OFMCap.

Ketua Panitia Erikson Simbolon dalam sambutannya mengatakan, sebelumnya telah dilakukan bedah buku “Batak Toba di Jakarta: Kontinuitas dan Perubahan Identitas” terbitan Bina Media tahun 2006. (Dikutip dari Harian SIB, 23 Juni 2008)