fashion pria



BENCONGISASI HIBURAN
DI TELEVISI BERBAHAYA

Medan, 2/5 (ANTARA) - Maraknya tayangan hiburan di televisi yang lebih menonjolkan sisi feminim yang justru dilakonkan para aktor atau selebritis pria, dinilai sebagai sebuah malapetaka bagi generasi muda dewasa ini.

"Tayangan serupa itu sangat merugikan publik, khususnya kalangan generasi muda," ujar Direktur Eksekutif Lembaga Pemberdayaan dan Penguatan Publik (Lampik), Mayjen Simanungkalit, kepada ANTARA di Medan, Jumat( 2/05/08).

Menurut dia, program hiburan melalui televisi yang menonjolkan sisi feminim kaum laki-laki, sangat berbahaya bagi anak-anak yang notabene merupakan generasi muda penerus bangsa.

Karenanya orangtua harus lebih selektif dalam memilihkan program-program tayangan televisi yang boleh ditonton anak-anak mereka.

"Dewasa ini sangat banyak tayangan hiburan, apakah itu berbentuk 'reality show' atau sekadar program komedi yang menampilkan laki-laki feminim, lemah-gemulai dan bahkan meniru-niru gaya perempuan. Aksi-aksi seperti itu jelas tidak mendidik dan dapat merusak persepsi generasi muda kita," katanya.

Tayangan-tayangan seperti itu, menurut jebolan Fakultas Dakwah IAIN Sumatera Utara itu, sangat merugikan publik karena sama sekali tidak mengandung unsur pendidikan.

"Program-program yang cenderung menampilkan aktor-aktor berperan cengeng dan mendayu-dayu merupakan malapetaka besar bagi generasi muda. Dulu tampil jantan menjadi sebuah kebanggaan, kini penampilan lemah-gemulai seolah-olah dijadikan tren," ujarnya.

Sekretaris DPP Persatuan Batak Islam (PBI) itu mengatakan, semuanya hanya bisa terjadi karena rumah-rumah produksi cenderung dikuasai kelompok-kelompok pendukung aksi-aksi semacam itu, sehingga para aktor feminim pun laku keras dan kebanjiran order.

"Akibatnya para aktor yang hanya bisa tampil jantan dan maskulin menjadi tersisih. Ini bisa terjadi diduga karena pemilik media dan rumah-rumah produksi doyan hiburan-hiburan seperti itu, atau mungkin karena dunia hiburan kita memang tengah dilanda demam bencong," ujarnya.

Lebih jauh Mayjen Simanungkalit menilai perlunya reposisi dunia hiburan di tanah air agar tidak hanya sekadar menjadi tontotan tetapi juga tuntunan. Selain harus memandang sisi estetika, dunia hiburan semestinya juga memperhatikan sisi etika.

"Kita butuh seni yang beretika, bukan hanya sekadar mengumbar dunia glamour yang sama sekali tidak mendidik. Pemilik media televisi dan rumah-rumah produksi juga harus memikirkan misi pendidikan dan tidak hanya fokus pada upaya meraih rating yang tinggi," katanya.***