fashion pria

Profil Cagubsu

ABAH WAHAB,
CINTA KELUARGA DAN ADAT LELUHUR

Catatan : Mayjen Simanungkalit

KELUARGA adalah cermin kehidupan seseorang. Sukses yang diraih seseorang , sesungguhnya berawal dari keharmonisan keluarganya. Peran istri dalam hal ini, sangat menentukan. Karenanya, orang-orang sukses, selalu memperhatikan keluarganya.

Demikian juga Abah Wahab, mengaku sukses diraihnya berkat dukungan keluarga dan usaha keras. Karenanya, walau sibuk namun suami dari Hj Atika Rahman Panjaitan ini tetap berupaya meluangkan waktu untuk keluarga. Sesibuk apa pun, dia tetap menjadikan keluarga sebagai prioritas utama. Dia sangat menyayangi keluarga.

Abah Wahab memiliki cara tersendiri untuk selalu akrab dengan semua anggota keluarga. Komunikasi terus dilakukan dan sejauh mungkin dilakukan tegur sapa.

Waktu makan bersama dijadikan sebagai sarana untuk diskusi dalam berbagai hal antar anggota keluarga. Dia juga berupaya mencari waktu yang pas untuk rekreasi bersama semua anggota keluarga.

Anaknya, Harun Alrasyid Dalimunthe, Asnanuddin Dalimunthe, Nazli Dalimunthe, dan Azmila Dalimunthe juga memahami kesibukan orang tuanya. Mereka tidak banyak menuntut, sebab sebagai pejabat publik ayahnya memang harus sering di luar rumah. Mereka sadar betul, Abah Wahab itu milik ummat dan harus melaksanakan amanah yang dibebankan kepadanya.

“Alhamdulillah keluarga saya tidak rewel. Istri dan anak saya bukan tipe yang manja, mereka memahami saya apa adanya”, kata Wahab kelahiran Rantau Parapat 10 Januari 1939.

Adat Leluhur

Dalam perjalanan karirnya di birokrasi dan politik, termasuk kegiatannya di Ormas, Abah Wahab dikenal menghargai adat leluhurnya. Karenanya, dia mendirikan Ikatan Keluarga Labuhan Batu (IKLAB) dan kini dia menjadi penasehatnya.

Berkat kepeduliannya terhadap adat istiadat leluhur, menempatkan Abah Wahab begitu dekat dengan simpul-simpul masyarakat adat. Maka ketika Cagubsu lainnya sibuk menggagas pertemuan dengan kelompok masyarakat di gedung berhawa sejuk, Abah Wahab malah direpotkan mengatur waktu menghadiri undangan bertubi-tubi dari berbagai daerah. Dia disambut dengan acara adat, dielu-elukan dan diupah-upah dibawah tenda yang diterpa panas cahaya matahari.

Setelah resmi menjadi Cagubsu, Abah Wahab harus ikut Road Show ke Tanjung Balai, Labuhan Batu, Paluta, Palas, Tapsel, Sidimpuan dan Madina dan daerah lainnya. Dia disambut acara adat melayu dan mandailing, diulosi dan diupah-upah.

“Ayah dan omakku mandailing, tapi kami adalah keturunan raja melayu.Mana bisa aku lupakan adat mandailing dan melayu”, katanya saat ditanya.

Penghargaan terhadap adat istiadat itu sudah ada dalam keluarganya, jauh sejak Wahab masih anak-anak. Malah dalam keluarganya, bahasa yang dipakai adalah bahasa mandailing dan melayu. Ayah dan omaknya berkomunikasi dengan bahasa mandaling, tapi terhadap anak-anaknya, mereka menggunakan bahasa Melayu. Jadi antara bahasa mandailing dan bahasa melayu di keluarga Wahab sudah lama bercampurbaur.

Abah Wahab menghargai adat leluhurnya, maka dia pun memposisikan diri sesuai tuntutan adat. Kata dia, adat istiadat menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan adat, komunikasi dan silaturrahmi antar sesama akan terjalin harmonis.

Karena itu, kepada anak-anaknya dia selalu memberi contoh bagaimana menjadi orang beradat. Menghargai perbedaan dan selalu mencari persamaan. Jika orang menghargai adapt,kepribadiannya akan santun dan tidak sombong. Karena adat mengajarkan tatakrama dan filosopi hidup rukun.

Sedangkan bahasa dan adat adalah jati diri. Bahkan menurut dia, salah satu rahasia mengapa Sumut kondusif, tak lain adalah karena adanya kekerabatan masyarakat yang dirajut adat istiadat. Adat istiadat dapat merajud kondusifitas masyarakat sumut yang heterogen. Itu sebabnya, bahasa dan adat daerah leluhur jangan pernah dilupakan.

Dalam Pilgubsu 2008-2013 Abah Wahab mengusung isu kesejahteraan. “Bersama kita bisa menuju Sumut yang sejahtera”. Dia melihat, potensi Sumut luar biasa, namun belum dikelola secara benar dan maksimal, untuk sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat.

“Jika masyarakat sudah sejahtera, akan ada masa depan. Daerah kita kaya, cuma harus diurus dengan benar”, ujarnya satu ketika.

Dalam setiap kali kunjungan ke daerah bertemu dengan masyarakat dalam sosialisasi pencalonannya sebagai Cagubsu, Abah Wahab tidak pernah mengumbar janji. Dia juga mengingatkan tim sukses dan tim kampanye,agar jangan membodoh-bodohi rakyat dengan janji-janji muluk.

Dalam penilaian Abah Wahab,rakyat Sumut sudah melek politik dan tahu mana loyang dan mana emas. Karenanya, tidak perlu mengumbar janji,apalagi sampai membohongi rakyat. ***