fashion pria

Awas Politisi Busuk
Oleh Mayjen Simanungkalit

GENDRANG pertarungan merebut hati rakyat menyongsong Pemilu 2009 sudah ditabuh. Ini menyusul keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang menetapkan 8 Juli 2008 hingga 2 April 2009 sebagai masa kampanye.

KPU sepertinya ingin menyaksikan Pemilu 2009, benar-benar dimenangkan Parpol pilihan rakyat. Maka, Parpol diberi waktu sembulan (9) bulan, untuk berkampanye mensosialisasikan program partainya kepada rakyat.

Atas dasar itu, semua Parpol sudah memainkan strategi masing-masing. Jurus-jurus pamungkas pun dikeluarkan, janji-janji muluk pun sudah ditabur. Gambar dan lambang partai sudah dipasang dimana-mana.

Menghadapi itu, rakyat mulai cemas, was-was dan ketakutan. Betapa tidak, sejumlah politisi busuk muncul kembali. Kelompok oportunis, preman pasar, pecandu Narkoba, bajingan tengik, koruptor dan perampas hak rakyat , ikut menjadi Caleg. Malah, nama-nama beken itu, menempati posisi teratas untuk diprioritaskan duduk di gedung dewan.

Mereka trauma, karena politisi busuk lihai memanfaatkan rakyat. Berpura-pura dekat dengan rakyat, ketika menjelang Pemilu. Musuh rakyat itu, kini berubah seperti pembela rakyat. Mereka berubah seolah menjadi sosok paling dermawan, paling solider dan paling dekat dengan rakyat.

Politisi busuk itu, kini rajin bagi sembako, sunat massal dan bagi-bagi santunan bagi kaum duafa. Kegiatan politisi busuk itu diekspos di media massa secara besar-besaran, walau yang diberikan sang politisi busuk hanya sekedar beras sekilo dan kain selembar.

TIDAK TERKECOH

Untungnya rakyat kita sudah cerdas. Gerakan untuk menolak politisi busuk pun sudah muncul. Sejumlah organisasi nonpemerintah pada Kamis, 22 Mei 2008 di Jakarta, malah mendeklarasikan gerakan nasional tidak memilih politisi busuk pada Pemilihan Umum 2009.

Menurut salah seorang deklarator gerakan, Teten Masduki, gerakan ini bertujuan untuk memperbaiki keterwakilan rakyat di parlemen. Kata dia, perjuangan untuk melahirkan demokrasi tak boleh dibajak politisi busuk.

Target utama gerakan antipolitisi busuk ini adalah mempengaruhi rakyat untuk memilih. Rakyat jangan sampai memilih wakil yang salah.

Realisasi gerakan anti politisi busuk itu sudah nampak di sejumlah daerah. Di Indonesia Timur misalnya, dua anggota DPR RI periode 2004-2009 Setya Novanto dan Charles Mesang diminta tidak lagi mewakili Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada pendaftaran calon anggota legislatif periode selanjutnya.

Pasalnya, selama menjadi anggota DPR, Setya dan Charles yang diusung Partai Golkar itu ternyata tidak memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah. Mereka tidak pernah merealisasikan komitmennya.

Kita bersyukur, rakyat sudah tidak mau terkecoh. Rakyat sudah tahu, bahwa politisi busuk tidak bisa diharap untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.

Rakyat kita, kini menginginkan politisi muda yang enerjik dan bersih dari kepentingan masa lalu. Yakni figur-figur muda yang memahami masalah rakyat, belum dicemari praktek korupsi dan memang asli anak rakyat.

Rakyat sudah tidak butuh politisi busuk. Rakyat butuh yang muda,cerdas dan sehat. ***