fashion pria

Allahu Akbar, Syamsul Arifin Jadi Gubsu
Catatan : Mayjen Simanungkalit

KENDATI Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Sumatera Utara (Sumut) belum mengumumkan secara resmi siapa pemenang dalam Pilgubsu 2008, namun lewat sistem penghitungan cepat (quick count) yang dilaksanakan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dan Jaringan Isu Publik (JIP), pasangan Syamsul Arifin-Gatot Pujonugroho dinyatakan unggul dibanding empat pasangan lainnya.

Data yang dilansir LSI dan JIP, Syamsul Arifin-Gatot Pujonugroho memperoleh suara sebesar 27,67 persen. Disusul pasangan Tritamtomo-Benny Pasaribu sebesar 22,35 persen, kemudian pasangan Wahab Dalimunthe-Raden Syafii mendapat 17,22 persen.

Seterusnya pasangan RE Siahaan-Suherdi mendapat suara sebesar 16,51 persen, dan paling akhir pasangan Ali Umri-Maratua Simanjuntak sebesar 16,26 persen.

Denny JA Direktur Eksekutif LSI didampingi Arman Salam, Direktur Riset JIP dalam konferensi pers yang berlangsung di Hotel Grand Angkasa, Jl. Perintis Kemerdekaan, Medan, Rabu (16/04/2008) menyatakan, lewat sistem penghitungan cepat (quick count) itu Syamsul Arifin SE dipastikan memenangkan Pilgubsu 2008.

Kemenangan Syamsul Arifin disambut sujud syukur para pendukungnya. Bahkan sejumlah ibu rumah tangga di Pasar Tiga, Desa Marindal Satu Kecamatan Patumbak, Deli Serdang, tak sadar langsung sujud bersimpuh kelantai bersujud syukur, seusai menyaksikan hasil sistem penghitungan cepat yang disiarkan televisi. Demikian juga disejumlah tempat, diiringi air mata kebahagiaan.

Syamsul Arifin sendiri tidak dapat menahan rasa haru, menyaksikan kegembiraan pendukungnya atas kemenangan meraih suara terbanyak di Pilgubsu 2008 yang di gelar Rabu 16 April 2008.

“Allahu Akbar, ini berkat doa rakyat Sumut. Doa istri, anak,cucu dan Parpol pendukung serta semua pihak. Semoga saya menjadi gubernur yang amanah”, katanya seperti disiarkan televisi swasta seusai pengumuman hasil penghitungan cepat oleh lembaga survey.

Manusia Bertuah


H Syamsul Arifin, SE memang dikenal sebagai manusia bertuah. Putra pejuang kemerdekaan “Berandan Bumi Hangus”, H Hasan Basri yang lebih dikenal sebagai Hasan Perak, itu sejak awal mengaku maju sebagai Cagubsu berkat dukungan rakyat. Dia diamanahkan rakyat untuk maju menjadi pemimpin di Sumatera Utara.

Lelaki kelahiran 25 September 1952 , Bupati Langkat 2003- 2008 dan priode 1998-2003, ini dikenal sebagai sahabat semua suku. Maka ketika kampanye Pilgubsu 2008, Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) ini pun selalu disambut riuh pendukungnya.

Besarnya dukungan kepada Syamsul Arifin gelar Datuk Lilawangsa Sri Hidayatullah, dianggab wajar karena dia sudah lama dekat dengan rakyat, jauh sebelum menjadi Cagubsu. Selama ini pun dia memegang sejumlah jabatan penting di organisasi. Banyak juga marga yang sudah disandangnya, diberikan tokoh etnis karena kedekatan emosional. Dia memang manusia langka dan unik.

Ketika mencalonkan diri menjadi Cagubsu pada Pilgubsu 2008, Datuk banyak mendapat dukungan dari lintas etnis dan lintas agama. Motivasi dukungan itu, tidak lain menyangkut tingkat loyalitasnya kepada rakyat dan kesetiaan kepada pemerintah.

Dimata para pendukungnya, Datuk adalah tauladan sekaligus Idola. Pemimpin idola rakyat adalah pemimpin yang mau mendatangi rakyat. Mampu melakukan komunikasi sosial dan politik secara jujur sesuai dengan genetik dan karakter masing-masing kelompok masyarakat.

Dengan lancarnya komunikasi, terbukti dia mampu mengatasi semua masalah. Dia bicara dengan hati nurani yang jernih dengan tanpa curiga, sehingga tumbuh rasa saling percaya. Masyarakat saat ini memang menginginkan pemimpin yang piawai dalam berkomunikasi, baik komunikasi sosial maupun politik. Dirindukan pemimpin yang bermanfaat bagi rakyat, seperti Syamsul Arifin. Bukan pemimpin yang memanfaatkan rakyat. Pembela wong cilik, bukan pembela wong licik.

Karenanya, kemenangannnya menjadi Gubsu priode 2008-2013 harus dipahami sebagai kemenangan rakyat Sumut. Tentu hal ini tidak lepas dari kepribadian Syamsul Arifin yang selalu memperlihatkan jati diri. Peduli kepada masyarakat kelas bawah, bersifat familiar dan dermawan. Datuk dianggap sebagai sosok pemersatu yang sudah membuktikan diri selalu dekat dengan rakyat.

Saat Yang Tepat

Datuk yang kita kenal, memang sosok fenomental. Pisiknya jauh dari kategori ganteng, namun kalau berjalan dia seperti bermagnet. Dia selalu menyapa menyebut nama, santun bertutur dan suka guyon.

Sang Datuk dikenal pandai mengambil momen dan hadir pada kesempatan yang tepat. Sikap kedermawanannya sudah tidak diragukan. Filosopi mengatakan, jika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan tahu. Namun sang Datuk justru lebih dari itu, jika tangan kanan memberi, tangan kiri juga harus memberi.

Filosopi ini begitu melekat dihati sang Datuk. Maka ketika dia mendengar ada orang yang dikenal dan mengenalnya diterpa musibah atau sakit, dia akan datang tanpa memberi kabar. Walau pun sudah menjadi orang penting, tidak sombong. Berpenampilan apa adanya dan tidak pernah lupa dengan orang yang pernah dikenal atau mengenalnya.

Kepada orang sakit yang dijenguknya, Datuk selalu berkenan memberikan petuah-petuah bagaimana menghadapi fisik yang sakit. Maklum dia punya pengalaman soal itu, ketika harus berobat sampai ke Singapura. Bahkan dia sudah dua kali dikabarkan meninggal, hingga membuat geger kawan dan kerabatnya.

Sang datuk sering mengatakan, jiwa yang sehat dapat mengobati fisik yang sakit. Jiwa yang sehat itu ditandai dengan senantiasa berbaik sangka kepada Allah, tidak meninggalkan perintahNya seperti ibadah sholat, serta adanya keyakinan untuk sembuh.
Karenan itu visi dan misinya menjadi Gubsu tidak muluk-muluk. Dia hanya menawarkan program agar rakyat tidak lapar, tidak bodoh, tidak sakit dan memiliki masa depan.

Program yang disosialisasikan dalam kampanye Pilgubsu tersebut, merupakan cerminan kepedulian social seorang Syamsul Arifin. Dia paham betul apa yang jadi masalah di Sumut dan tahu apa upaya mengatasi masalah itu.

Jauh sebelum menjadi orang penting, dia memang sudah sangat peduli nasib orang. Kepedulian terhadap orang yang dikenalnya itu, tentu saja sesuai filosofi hidupnya yang lekat dengan ungkapan Melayu: ”Bila kumbang menyeri bunga, manisnya ditelan diam - diam. Bila lebah mengisap madu, manisnya tumpah ke tangan orang”.

Sepak terjang sang Datuk diberbagai denyut kehidupan masyarakat, toh akhirnya meninggalkan jejak dihati banyak pihak. Dan langkah sang Datuk menuju gedung Diponegoro Medan, akhirnya tercapai juga. Harapan kita adalah, Datuk jangan lupa janji kampanye. Rakyat Sumut masih banyak yang lapar, bodoh, sakit dan putus sekolah serta tidak memiliki masa depan.

Kini setelah dinyatakan sebagai pemenang Pilgubsu 2008 oleh lembaga survey, Syamsul Arifin diharapkan tidak berubah. Datuk bukan hanya gubernurnya warga Langkat atau para pendukungnya, tapi juga gubernur seluruh masyarakat Sumut. Karenanya, walau pernah dizolimi pihak lain, dijegal lawan politik, itu harus dipahami sebagai dinamika politik dalam berdemokrasi. Selamat pak Gubernur, Allahu Akbar dan jayalah Sumatera Utara. ***