fashion pria

Mahasiswa USU Korban Ospek Ngadu ke Dewan

Medan (Lapan Anam)

Dua orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) memberi pengaduan kepada anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPRD Sumut, Selasa (2/9), terkait kekerasan yang mereka terima saat menjalani OSPEK Penerimaan Mahasiswa USU beberapa waktu lalu. Keduanya sudah mengadukan persoalan ini kepada aparat kepolisian, namun tidak meraih hasil maksimal.

Anto dan Andi, sebut saja begitu, adalah dua mahasiswa yang saling bersepupu. Anto stambuk 2008, semnetara Andi, sepupunya lebih tua empat tahun dan saat ini tercatatat sebagai mahasiswa USU stambuk 2004.

Anto yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa F-MIPA, awalnya membayangkan menjadi mahasiswa itu sangat sesuatu yang membanggakan. Karena itu, ketika namanya tercantum di suratkabar sebagai salahsatu mahasiswa yang lolos dan tercatat sebagai mahasiswa USU, Anto gembira alang bukan kepalang.

Tapi gambaran indahnya menjadi mahasiswa sontak pupus berganti menjadi trauma, tatkala ia mengalami tekanan dan siksaan fisik saat menjalani ospek mahasiswa di kampusnya. Pukulan demi pukulan dari para seniornya mendarat di wajah dan badannya. Akibatnya jelas, badannya melar dan biru-biru terkena pukulan.

Keesokan harinya ia lalu mengadu kepada Andi, sepupunya, atas kekerasan yang ia dan teman-temannya alami. Andi menanggapi peristiwa itu dan datang ke kampus Anto keesokan harinya untuk mencegah terulangnya kekerasan fisik pada sepupunya. Tapi apa lacur, andi malah menjadi sak tinju baru bagi senioren sepupunya itu.

Sama seperti Anto, Andi pun berkali-kali dipukul. Ia dikeroyok oleh para senior Anto. Ia dan sepupunya lalu mengadukan hal tersebut ke pihak berwenang di USU. Tapi hingga saat ini tidak mendapat perhatian.

Mereka berdua lalu mengadu ke aparat kepolisian, namun hanya laporannya yang diproses, sementara pengaduan Anto tidak diketahui nasibnya. Melihat kondisi itu, merekapun mengambil inisiatif untuk menyampaikan persoalan ini ke DPRD Sumut.

Ditemani oleh Presiden Mahasiswa (Presma) USU, Dicky Al-Tika, serta seorang dosen Fakultas Pertanian Departemen Kehutanan, Agus Poerwoko SHut MSi, dan diterima oleh anggota F-PKS, M Nuh.
Agus Poerwoko dalam kesempatan itu menyebutkan, pendampingan yang ia lakukan semata-mata karena sudah jengah dengan praktek kekerasan yang terjadi saban tahun dalam setiap ospek mahasiswa.

Menurutnya, aksi kekerasan setiap tahun muncul dalams etiap ospek. Saat korban dan keluarganya hendak memroses kekerasan itu secara hukum, entah bagaimana ceritanya, hal itu urung terjadi.

"Ya akhirnya begitulah, kekerasan yang satu berhasil diredam, tahun berikutnya kekerasan dengan modus yang sama kembali terjadi," ujarnya.

Ketua Presma USU, Dicky Al-Tika, menyebutkan akan mengadvokasi kasus ini hingga tuntas. Selaku pimpinan formal mahasiswa, ia mengaku tidak ingin melihat kekerasan yang sama kembali terjadi.
M Nuh dalam kesempatan itu menyarankan agar para mahasiswa serta para pendampingnya memberikan laporan lengkap atas praktek kekerasan yang mereka alami.

"Dengan demikian, maka kami selaku anggota dewan bisa memanggil pihak rektorat USU untuk menjelaskan persoalan ini," tegas anggota Komisi E itu. (ms)