Catatan Mayjen Simanungkalit
DIRACIK
oleh tangan – tangan cekatan dengan resep turun-temurun, Kue Bawang Tabotahe, menjadi cemilan cukup merakyat di wilayah Provinsi Sumatera
Utara (Sumut). Walau tetap mempertahankan pengolahan secara tradisional dan
bumbu serba alami, cita rasa
Tabotahe memiliki karakter tersendiri.
“Tabo Tahe……(Enak betul ya….red)”, begitu kata orang Medan jika
mencicipi cemilan kue bawang ini.
Kue Bawang Tabotahe memang
sudah sangat melegenda. Maklum, kue dengan
motto renyah, gurih dan halal ini sudah lama mengisi warung-warung jajanan di
kota hingga desa di Sumut.
Tampilan kemasannya sederhana, namun Kue Bawang ini hampir pasti dapat dibeli
di warung-warung kecil perkampungan dan tempat penjual jajanan di
sekitar sekolah. Kini juga sering dicari wisatawan yang berkunjung ke Medan,
untuk oleh-oleh.
Tapi ternyata Kue
Bawang yang diproduksi di Jl Cakra III
Gg Sadar Timah Marindal I, Patumbak Deli Serdang, Sumut itu hanya diproduksi sangat terbatas. Kue Bawang
yang diolah dengan komposisi Tepung Terigu, Daun Seledri,Margarin,
Minyak Goreng,Bawang Merah,Bawang Putih, Penyedap Rasa, dan Garam itu belum diproduksi secara massal.
“Target pasar kami masih terbatas warung-warung kecil.
Kalaupun dijual di pusat oleh-oleh dan took makanan, jumlahnya hanya terbatas.
Kami kirim hanya jika dipesan saja”, kata Ahmad Waridi selaku Owner Tabotahe.
TABOTAHE adalah bahasa Batak Toba yang artinya “Enak betul ya”,
suatu ungkapan yang muncul begitu saja jika seseorang mencicipi Kue Bawang tersebut. Ini pengakuan
yang sangat tulus dari konsumen, hingga
menjadi inspirasi bagi pemiliknya untuk dijadikan sebagai merk Kuae Bawang yang
fenomenal itu.
Ketika ditanya mengapa tidak mengembangkan usaha Kue Bawang
Tabotahe secara lebih modern, Ahmad Waridi selaku Owner Tabotahe dengan bendera
CV Mitra Waridi Investama, tidak menjawab banyak.
TAK TERGODA BANK
Tapi dia mengaku sedang mengimpikan kemajuan Tabotahe dimasa datang.
Kendalanya terletak pada keterbatasan modal.
Mengapa tidak gunakan jasa Bank?
Tabotahe ternyata tidak tergoda pasilitas Bank untuk modal
mengembangkan usaha. Karena menurut pengalaman keluarganya, Bank malah
membangkrutkan usaha. Pinjaman modal dari Bank tidak diberikan secara ikhlas,
tapi malah dilipatgandakan menjadi 100 persen dari jumlah pinjaman.
Misalnya Bank pinjamkan Rp 50, tapi perusahaan harus serahkan
agunan sebagai jaminan dan hutang menjadi Rp 100. Jeratan Bank itu menurut
ayahnya yang lulusan IAIN Sumut, adalah riba. Ayahnya selalu wanti-wanti agar
jangan terjebak meminjam modal ke Bank, karena hanya akan membuat tidur tak
nyenyak dan membuat usaha tidak dapat dikelola secara khusuk atau fokus.
Ayahnya yang merintis usaha Kue Bawang itu, kata dia, tak rela jika Tabotahe dibiayai dengan uang riba, sebab konsep usaha makanan seperti
Kue Bawang Tabotahe adalah halal dan
sehat. Halalan Thoyyiban, halal dan baik itu prinsip Tabotahe. Halal dan baik
dimulai dari niat dan cara mengelola usaha, hingga bahan baku yang digunakan.
Saat ini Tabotahe memang sudah ada dalam kemasan plastik, tapi
tetap saja dengan kemasan sangat sederhana. Hanya sekedar
untuk membedakannya dengan yang diproduksi pihak lain. Malah kata pemiliknya,
juga sekedar memenuhi permintaan
masyarakat, khususnya anak-anak muda dan orang tua.
Untuk sasaran pemasaran kelompok anak-anak atau jajanan, Tabotahe
tetap bertahan di kemasan plastik ukuran 10x17 cm dengan harga Rp 2000.
Sedangkan kemasan ukuran 15x20 cm Kue Bawang Tabotahe dijual dengan HET Rp
5000. Harga ini juga sudah sangat jadul
sebab tidak pernah naik sejak lima tahun
silam.
Tapi kata pemiliknya, Tabotahe tetap banjir order saat jelang
lebaran idul fitri. Juga rutin dapat order dari Kantor-Kantor Dinas di
Pemprovsu dan Pemko Medan untuk cemilan saat pejabat rapat. Biasanya pesanan
untuk kantor-kantor pemerintah, jumlahnya beberapa kilogram dalam satu bulan.
Tabotahe kata pemiliknya, ingin hidup seribu tahun lagi,
seperti puisi Khairul Anwar. Usaha ini ingin tetap eksis tapi dengan cara mereka sendiri.
Pemiliknya ingin produksi terus meningkat, pemilik dan karyawan dapat tidur
nyenyak tanpa dihantui hutang perusahaan. ***